Jumat, 14 Desember 2012

Koneksi Internet di Indonesia paling rendah se-Asia Pasifik


Oleh perusahaan internet content delivery Akamai, Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan kecepatan koneksi internet paling rendah di Asia Pasifik. 

Mengapa Indonesia bisa mendapatkan "gelar" tersebut, seberapa parahkah koneksi internet di Indonesia?

Menurut
 hasil penelitian kuartal II berjudul "2012 State of the Internet" dari Akamai, di Indonesia masih cukup banyak pengguna yang browsing dengan kecepatan internet sangat lambat.

Tercatat masih ada sebanyak 13,8 % pengguna di Indonesia yang mendapat koneksi internet dengan kecepatan maksimal atau di bawah 256 kbps, sedikit di atas standar GSM EDGE (up to 237 kbps).

Bandingkan dengan negara tetangga kita, Singapura, yang hanya tinggal 0,2 %, Malaysia 1 %, dan Vietnam 7,4 %.

Akamai juga mengungkap jumlah pengguna di Indonesia yang "beruntung" bisa menikmati akses internet broadband kecepatan tinggi. Ternyata jumlahnya tak sampai 1 % dari total pengakses, tepatnya hanya 0,82 % pengguna internet Indonesia yang dapat menikmati koneksi dengan kecepatan di atas 4 Mbps.


































Akamai mendefinisikan "broadband" sebagai koneksi berkecepatan 4 Mbps atau lebih. Di atasnya ada ketegori "high broadband" dengan kecepatan 10 Mbps atau lebih. Jumlah pengguna di Indonesia yang bisa menikmati kecepatan setinggi itu lebih sedikit lagi, presentasenya hanya 0,1 %.
































Di wilayah Asia Pasifik, adopsi broadband Indonesia adalah yang paling rendah, di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam.

Rata-rata kecepatan koneksi internet di Tanah Air yang dicatat oleh Akamai adalah 0,8 Mbit atau sekitar 100 KB per detik, yang juga terendah di Asia Pasifik.

Angka-angka itu bertolak belakang dengan Korea Selatan yang menempati posisi nomor satu di kawasan Asia Pasifik dalam hal adopsi broadband (84 % di atas 4 Mbps) dan kecepatan akses (rata-rata 14,2 Mbps atau sekitar 1,7 MB per detik). Urutan kedua dan ketiga masing-masing dipegang oleh Jepang dan Hongkong.




Selasa, 04 Desember 2012

E-Commerce pada PT. Telkom Indonesia

Dalam bidang perdagangan, internet mulai banyak dimanfaatkan sebagi media aktivitas bisnis karena lebih efisien. Perdagangan melalui internet ini disebut E-Commerce (EC). Di Indonesia, EC mulai dikenal tahun 1996, meski belum terlalu populer, mulai di tahun 1999 hingga sekarang EC semakin lama makin meluas karena efisien dan nyaman.


Plasa.com adalah salah satu portal online tertua dan terbesar di Indonesia yang diluncurkan Telkom pertama kali pada tahun 1998. Selama ini Plasa.com telah memberikan layanan wadah kepada komunitas online Indonesia melalui layanan email gratis, web forum, web chat, dan blog. Plasa.com diluncurkan kembali dengan wajah baru dan fasilitas yang diperbaharui di antaranya dengan menyediakan fasilitas EC.




Portal EC Plasa.com fokus pada penyelenggaraan 3 layanan, yaitu EC, Content dan Communication. Portal itu diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pasar, mengembangkan UKM (Usaha Kecil Menengah) dalam negeri serta meningkatkan enterpreneurship melalui penyediaan platform online shopping.

Untuk layanan Content, Plasa.com mengembangkan platform yang  memungkinkan pelanggan menikmati beragam konten, termasuk konten hiburan. Sementara itu untuk layanan Communication, Plasa.com menyediakan berbagai aplikasi seputar komunikasi online serta beragam fasilitas layanan iklan sebagai media komunikasi bagi para pebisnis dengan pelanggannya. Telkom telah melakukan studi banding ke Jepang dan Korea untuk mengembangkan EC dengan target mendorong para pelaku UKM yang berada di bawah binaan Telkom melalui Program Kemitraan untuk bergabung dalam portal Plasa.com.







 Manfaat dari penerapan E-Commerce di PT.Telkom Indonesia

1. Manfaat EC bagi konsumen
  1. EC memungkinkan pelanggan untuk berbelanja atau melakukan transaksi selama 24 jam sehari sepanjang tahun dari hampir setiap lokasi.
  2. EC memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan; mereka bisa memilih berbagai produk dari banyak vendor.
  3. EC menyediakan produk-produk dan jasa yang tidak mahal kepada pelanggan dengan cara mengunjungi banyak tempat dan melakukan perbandingan secara cepat.
  4. Pelanggan bisa menerima informasi relevan secara detail dalam hitungan detik, bukan lagi hari atau minggu.
  5. EC memberi tempat bagi para pelanggan untuk berinteraksi dengan pelanggan lain di electronic community dan bertukar pikiran serta berbagai pengalaman.
  6. EC memudahkan persaingan, yang pada akhirnya akan menghasilkan diskon secara substansial.

2. Manfaat EC bagi masyarakat
  1. EC memungkinkan orang untuk bekerja di dalam rumah dan tidak banyak keluar untuk berbelanja, akibatnya ini akan menurunkan arus kepadatan lalu lintas di jalan serta mengurangi polusi udara.
  2. EC memungkinkan sejumlah barang dagangan dijual dengan harga lebih rendah, sehingga orang yang kurang mampu bisa membeli lebih banyak dan meningkatkan taraf hidup mereka.
  3. EC memungkinkan orang di negara-negara lain dan wilayah pedesaan untuk menikmati aneka produk dan jasa yang akan susah mereka dapatkan tanpa EC. 

3 Manfaat EC bagi bisnis
  1. Perusahaan-perusahaan dapat menjangkau pelanggan diseluruh dunia. Oleh karena itu dengan memperluas bisnis mereka, sama saja dengan meningkatkan keuntungan.
  2. EC menawarkan pengurangan sejumlah biaya tambahan. Sebuah perusahaan yang melakukan bisnis diinternet akan mengurangi biaya tambahan karena biaya tersebut tidak digunakan untuk gedung dan pelayanan pelanggan (customer service), jika dibandingkan dengan jenis bisnis tradisional.
  

Kendala dalam penerapan E-Commerce di PT.Telkom Indonesia
  • Kita tahu pada dasarnya EC adalah sarana pemasaran yang menggunakan media elektronik (internet), jadi hal yang sangat kita butuhkan adalah layanan dan akses internet. Keterbatasan akses internet akan menghambat perkembangan EC, hal yang dulu mengakibatkan terabainya EC, namun sekarang kita dapat merasakan efek perkembangan internet di Indonesia, akses internet semakin murah dan cepat, jadi kendala ini sudah mulai teratasi.
  • Kemudian kendala selanjutnya adalah kebiasaan, masyarakat kita terbiasa untuk melihat dan merasakan secara langsung apa yang akan kita beli.
  • Masalah selanjutnya adalah karena masyarakat belum percaya akan keamanan transaksi di dunia maya. Apalagi dengan sering terjadinya penipuan di dunia nyata.


Jadi perkembangan EC di Indonesia harus didukung juga oleh adanya peraturan yang dapat melindungi konsumen dari kerugian yang disebabkan penipuan dan berbagai potensi kerugian lainnya. Sehingga kegiatan EC dapat dilakukan secara aman dan nyaman.